Gadis kecil berumur 14 tahun itu berdiri kaku. Di depannya para juri akan mengajukan sejumlah pertanyaan. Ia tak terlalu percaya diri. Para finalis lain memiliki banyak kelebihan dibanding dirinya yang tak terlalu tinggi, berkulit lebih gelap, dan datang dari daerah. Ia bukanlah gadis dengan pergaulan luas, seperti para peserta lainnya. Dan saat para juri menanyakan apa tujuannya ikut pemilihan Gadis Sampul, KD menjawab: “Mencari uang. Saya ingin membantu Mama,” katanya seperti diceritakan dalam biografinya Seribu Satu KD. Jawaban itu mencengangkan para juri. Tapi KD tak memiliki jawaban lain, misalnya jawaban ceria dan penuh percaya diri seperti yang keluar dari mulut para finalis lain. Dia memang ingin membantu mamanya. Dan saat mengatakan itu ia teringat mamanya yang bekerja di salon kecil di rumahnya.
Bermula dari hijrahnya Krisdayanti kecil bersama ibu dan kakaknya, Yuni Shara ke Jakarta meninggalkan Batu, Jawa Timur. Jalan meraih mimpi ia lakukan mulai dari menawarkan suaranya dari pintu ke pintu perusahaan rekaman, mengantri bersama calon penyanyi yang akan di-casting hingga akhirnya mendapat kesempatan untuk rekaman album Burung-Burung dan soundtrack film Catatan si Emon. Itu belum mengubah nasib mereka. Album itu tidak meledak di pasaran dan popularitas penyanyi soundtrack kala itu tak semeriah sekarang. api gadis kecil itu, yang kemudian kita kenal dengan Krisdayanti, tahu dia harus melakukan apa pun untuk meraih cita-citanya. Dia beruntung memiliki motivasi yang kuat seperti itu, karena lewat keinginan yang amat sederhana itu dia mulai menapaki jalan menuju keberhasilan. Hanya keinginan yang ia miliki untuk berjuang tiada henti mengejar mimpinya.
Merasa kurang beruntung lewat jalur rekaman, Krisdayanti mencoba mencuri perhatian dari ajang lomba. Dan dia pun berhasil membuktikan diri memiliki talenta. Dia sempat menjadi juara pertama Lomba Cipta Pesona Bintang di RCTI, Young Talented Artist di Fidol Award Festival di Bucharest, Rumania dan juara pertama Asia Bagus di Tokyo pada 1992. Lewat ajang Asia Bagus inilah Krisdayanti mulai berani memantapkan pilihan hidupnya sebagai penyanyi untuk membantu sang Mama mencari uang. Meski berhasil di festival, tawaran rekaman tak kunjung datang. Tapi itu bukan akhir segalanya. Bagi orang dengan api membara di dalam hati, satu pintu tertutup, masih ada ribuan pintu lain. Ia pun mencoba lewat jalur lain, menjadi artis sinetron dalam serial Si Cemplon yang disiarkan SCTV. Akhirnya, kesuksesan di sinetron membuka pintu yang selama ini diimpikan Krisdayanti, untuk rekaman kembali. Pada 1995 Warner Music meminta Krisdayanti untuk rekaman album Terserah yang berhasil memasukkannya ke dalam jajaran penyanyi utama negeri ini. Klip videonya diputar di televisi, lagunya menaiki anak tangga di radio. Secercah harapan pun muncul.
Keberhasilan utamanya terjadi saat dia menikah dengan Anang. Mereka membuat album duet saat bulan madu yang terjual fantastis: 700 ribu copy! Mereka berdua pun diganjar Duet Pop Terbaik dalam Akademi Musik Indonesia (AMI). Tembang hits lainnya yang berhasil mengangkat Krisdayanti sebagai Diva, yaitu Menghitung Hari. Setelah itu kariernya melejit dan tak ada yang bisa menghalanginya lagi hingga menjadi penyanyi nomor satu saat ini. Rangkaian lagu dan albumnya mencetak hits dan membuahkan berbagai penghargaan, belasan ajang musik bergengsi memberikannya anugerah sebagai The Best Female Singer. Tidak berhenti disini, sejumlah konser tunggal di Indonesia juga beberapa negara tetangga, menjadi suatu bukti eksistensinya di dunia musik. Keberhasilan KD saat ini tidak didapat begitu saja. Ada perjuangan dan air mata yang menjadi fondasi keberhasilan itu. Tapi segala perjuangan itu tidak disesali oleh KD. “Jika aku diberi masa kecil yang serba enak dan berkecukupan, belum tentu aku tercambuk untuk memperbaiki nasib dan menjadi Krisdayanti seperti sekarang ini.”
Jika saja KD menunggu keberuntungan diberikan oleh orang lain, jika saja dia menunggu cukup dewasa untuk mau membantu meringankan beban ibunya, mungkin ia tidak mendapatkan kegemilangan saat ini. Gadis kecil itu telah berhasil menggapai mimpi untuk membantu ibunya. Kini kesuksesan berada digenggamannya, dan KD memulainya di usia yang sangat belia, karena ia tahu bahwa hidup tak akan pernah menunggu.
MADONNA
Tak ada yang mengenalnya, tak ada yang tahu namanya. Tapi dia hanya butuh lima tahun untuk mengubah semua itu. Kini, siapa tak kenal dia: Madonna! Gadis belia yang luntang-lantung itu kemudian menjadi penyanyi wanita paling fenomenal. Musiknya mempengaruhi banyak hal, termasuk gaya hidup jutaan penggemarnya (atau bahkan pembencinya). Uang bukan masalah lagi baginya saat ini. Sekali menandatangani kontrak iklan, uang sebanyak US$ 5 juta masuk ke rekeningnya. Tapi itu semua tak mungkin didapatnya kini, jika 31 tahun lalu dia tidak mengambil keputusan berani: meninggalkan kuliahnya di Universitas Michigan, untuk pergi ke New York, menjadi penari profesional. Madonna tak mungkin dikenal oleh jutaan orang jika dia tidak memutuskan untuk mengambil risiko, hidup di kota asing dengan uang seadanya. “Aku datang ke New York dengan US$ 35 di saku, dan itu adalah hal paling berani yang pernah aku lakukan,” katanya.
Nekat? Bukan. Ini adalah bagian dari perjuangan. Madonna berhasil karena dia yakin, hidup tak akan menunggunya hingga memiliki modal yang cukup untuk pindah. Sekali memutuskan sesuatu, dia akan memperjuangkannya mati-matian. Tidak selamanya keputusan itu benar. “Aku adalah hasil dari pilihan benar dan pilihan salah yang aku putuskan di masa lalu. Dan jika aku menyesali kesalahan yang aku kerjakan di masa lalu, maka aku tak akan menjadi seperti sekarang ini. Aku tidak pernah malu melakukan (pilihan salah) itu. Dan aku ingin kau tak pernah menyesali apa yang telah kau lakukan. Kenapa harus menyesal?” katanya.
Menurut Madonna, kunci kesuksesannya adalah karena dia berani menyatakan apa yang diinginkannya. Dalam wawancara dengan saluran musik VH1, pada 1998, Madonna menyatakan bahwa kepercayaan diri amat berperan dalam keberhasilan kariernya. “Alasan saya berhasil di dunia musik bukan karena saya memiliki suara yang luar biasa, tapi karena saya memiliki sesuatu yang ingin saya katakan.” Itulah kenapa dia amat mengritik orang yang tak berani menyatakan keinginannya. “Banyak orang yang takut menyatakan apa yang mereka inginkan. Itulah kenapa mereka tidak dapat meraih yang mereka inginkan,” katanya dalam bukunya, Sex. Menjadi diri sendiri dan menyatakan apa yang kita inginkan adalah filsafatnya. “Jika kau ingin menyatakan dirimu, nyatakanlah!” katanya dalam sebuah wawancara.
Dan untuk memperjuangkan keinginan itu, tak ada satu pun yang boleh menghalangi. “Saya sadar bahwa saya tidak punya batasan. Batasan hanyalah pengaruh dari luar, dari orang-orang yang tidak percaya pada diri mereka sendiri dan kemampuan mereka. Saya sangat yakin pada diri saya. Saya tahu saya dapat melakukan apa pun yang saya inginkan dan saya akan selalu menggapai mimpi saya,” katanya dalam wawancara dengan NY Rock pada 1998. Di atas langit ada langit. Ia sadar akan hal itu. “Setiap kali saya mencapai puncak baru, saya melihat puncak lain yang ingin saya daki. Saya tak dapat berhenti. Mungkin saya mestinya beristirahat dan menikmati pemandangan, tapi saya tak dapat melakukan itu. Saya selalu memaksa diri saya mendaki,” katanya dalam Nobody Knows Me, buku semi biografi berisi foto-foto setebal 52 halaman.
Tak ada yang menyangka Marilyn akan sehebat itu saat ia memulai kariernya di tahun 1940-an, saat ia berusia 20 tahun. Ia dikontrak enam bulan oleh Century Fox tanpa diberi peran sedikit pun dalam film-film studio itu. Pada enam bulan berikutnya, ia baru berakting menjadi figuran di dua film, Scudda Hoo! Scudda Hay! dan Dangerous Years. Sial, dalam Scudda Hoo! aktingnya diedit habis, kecuali sebuah dialog singkat dengan dua kata. Bagi orang lain, menunggu setahun tanpa mendapatkan peran yang menjanjikan tentu menjadi alasan kuat untuk mundur teratur dari dunia film. Tapi Marilyn bukanlah seperti orang kebanyakan. Dia sudah menentukan patokan, dan dia tak akan mundur oleh apa pun juga.
Pada 1940-an, di awal karier yang tak menjanjikan itu, seorang teman bertanya kepadanya: “Jika 50 persen ahli perfilman di Hollywood mengatakan kau tak memiliki bakat dan harus berhenti berharap menjadi bintang film, apa yang akan kau lakukan?” Dengan tegas dia menjawab: “Dengar, jika 100 persen mengatakan aku tak berbakat, maka semuanya, 100 persen pakar itu, salah.” Ucapan Marilyn benar. Dia kemudian menjadi bintang film kelas satu setelah membintangi Gentlemen Prefer Blondes dan How to Marry a Millionaire. Hollywood bahkan memintanya untuk mengabadikan kaki dan tangannya di depan Grauman's Chinese Theatre. Saat itu, pada 1962, kepada majalah Life yang mewawancarainya, Marilyn berkata: “Geli rasanya saat akhirnya menyadari saya bisa menjejakkan telapak kaki ke semen basah. Tentu saja saya tahu itu amat berarti. Tak ada satu pun yang mustahil.” Hidup tak pernah menunggunya untuk berhasil, tapi dialah yang membuktikan keberhasilan itu.
Semua itu menjadi tak mustahil bagi Marilyn karena dia memiliki keyakinan. Ada sesuatu yang membuatnya terus berusaha untuk menjadi yang terbaik. Uang? Bukan, meski itu nanti akan datang dengan sendirinya setelah dia menjadi yang terbaik. “I am not interested in money. I just want to be wonderful.” Marilyn sadar, keberhasilannya tidak dapat dicapai lewat hamparan karpet merah. Jatuh bangun dalam perjalanan akan membentuk motor kreativitas seorang seniman. “Kreativitas harus bermula dari kemanusiaan. Selama menjadi manusia, kita merasa, kita pedih. Kita gembira, kita sakit, dan segala macam perasaan lain,” katanya dalam wawancara dengan majalah Life, dua hari sebelum kematiannya pada 1962.
Ia tak pernah menyesali kesalahan apa pun yang terjadi, karena semua ada hikmahnya. “Saya yakin segala sesuatu terjadi memiliki alasan. Orang berubah dengan demikian kita bisa mengikhlaskannya; banyak hal terjadi tidak semestinya, maka kita dapat menghargai saat sesuatu terjadi dengan semestinya; ada kebohongan, karenanya jangan percaya siapa pun kecuali dirimu sendiri.”
Jangan tinggalkan mimpimu!
Mulai dari sekarang untuk menggapai cita-cita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar